Psikologi Industri - Psikologi Sifat Manusia
Psikologi Sifat Manusia
Oleh:Irfan Bachtiar
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibandinkangkan dengan ciptaan
tuhan yang lain. Kesempurnaan itu bisa dipahami dari substansi manusia
bahwa selain potensi fisik manusia yang indah, manusia dibekali juga
potensi ruhaniah seperti akal pikiran dan hati nurani yang apabila
digunakan dengan baik dan benar dapat memperkokoh kedudukannya sebagai
manusia.
Manusia
diciptakan ke muka bumi selain sebagai hamba ia juga diciptakan sebagai
khalifah (pemimpin) baik bagi dirinya maupun bagi semesta di
sekelilingnya. Oleh karena itulah potensi manusia tersebut harus
dioptimalkan fungsinya agar tugasnya di muka bumi tersebut dapat
terlaksana dengan baik. Untuk melaksanakan tugasnya, manusia harus mampu
membedakan dua perkara yang sangat substansial dalam dinamika
kehidupan, yaitu antara yang hak dan yang batil, yang benar dan yang
salah, yang positif dan negatif dan seterusnya. Pembedaan antara kedua
hal tersebut dapat tercermin dari perilaku manusia itu sendiri, tentunya
yang dipengaruhi oleh kehendaknya masing-masing individu dalam
menjalankan perilakunya. Berikut ini saya identifikasikan secara
psikologis beberapa sifat baik (positif) dan sifat buruk (negatif) dari
seseorang:
Sifat – sifat positif
1. Kelekatan dengan orang lain
Kelekatan dengan orang lain merupakan hubungan yang lebih bersifat emosi dan sosial terhadp orang lain.
2. Rasa cinta
Rasa
cinta yang tumbuh dan berkembang dalam diri seseorang dapat mejadikan
orang tersebut merasakan kedamain hidup. Seperti kecintaan pada orang
tua, anak, saudara dan sebaginya.
3. Menerima diri, orang lain dan dunia apa adanya
Sifat ini bisa didasari oleh faktor keyakinan terhadap suatu hal sehingga seseorang dapat mempunyai optomisme dalam hidupnya.
4. Berempati
Empati merupakan sifat naluriah yang merupakan bentuk atau manifestasi dari kepedulian sosial.
5. Senang melihat orang mendapatkan kebahagiaan
Sifat
ini merupakan sifat yang menjadikan seseorang tersebut bisa menerima
dirinya sebagaimana adanya, sehingga ia tidak gusar melihat kebahagiaan
yang diterima orang lain.
Sifat – sifat negatif
1. Menang sendiri
Menang
sendiri biasanya menjadikans seseorang ingin menguasai segala sesuatu
di luar dirinya, termasuk bagaimana ia bisa menjadi pengatur dan orang
yang dipatuhi.
2. Tidak bisa membatasi diri
Rasa
ingin melakukan segala sesuatu yang menurutnya mungkin dilakukan, tanpa
berfikir lebih jauh tentang sebab akibatnya, tidak jarang sifat ini
membuahkan penyesalan.
3. Agresif
Sifat
ini sering mejadikan seseorang terlalu cepat dalam mengambil tindakan
yang tidak mudah dikontrol atau terjadi secara spontanitas.
4. Cemas atau khawatir berlebihan
Perasaan
cemas dan khawatir yang berlebihan menjadikans seseorang berhenti pada
tempatnya. Hidupnya menjadi pesimis dan tidak emmpunyai pandangan ke
depan.
5. Mudah marah
Sifat pemarah merupakan bentuk gagalnya dari sistem pengendalain diri dan penguasaan terhadap jiwa atau bahkan raga.
Definisi Sikap Manusia
Sikap - Ada bermacam-macam pendapat yang dikemukakan oleh ahli-ahli psikologi tentang pengertian sikap. Dunia Psikologi akan sedikit mengulas tentang apa sih yang dinamakan sikap? Seperti yang dikatakan oleh ahli psikologi W.J Thomas (dalam Ahmadi, 1999), yang memberikan batasan sikap sebagai tingkatan kecenderungan yang bersifat positif maupun negatif, yang berhubungan dengan obyek psikologi. Obyek psikologi di sini meliputi : simbol, kata-kata, slogan, orang, lembaga, ide dan sebagainya.
Menurut Sarnoff (dalam Sarwono, 2000) mengidentifikasikan sikap sebagai kesediaan untuk bereaksi (disposition to react) secara positif (favorably) atau secara negatif (unfavorably) terhadap obyek – obyek tertentu. D.Krech dan R.S Crutchfield (dalam Sears, 1999) berpendapat bahwa sikap sebagai organisasi yang bersifat menetap dari proses motivasional, emosional, perseptual, dan kognitif mengenai aspek dunia individu.
Sedangkan La Pierre (dalam Azwar, 2003) memberikan definisi sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan. Lebih lanjut Soetarno (1994) memberikan definisi sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak terhadap obyek tertentu. Sikap senantiasa diarahkan kepada sesuatu artinya tidak ada sikap tanpa obyek. Sikap diarahkan kepada benda-benda, orang, peritiwa, pandangan, lembaga, norma dan lain-lain.
Meskipun ada beberapa perbedaan pengertian sikap, tetapi berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa sikap adalah keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya. Selain itu sikap juga memberikan kesiapan untuk merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau situasi.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap
Proses belajar sosial terbentuk dari interaksi sosial. Dalam interaksi sosial, individu membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya. Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah:1. Pengalaman pribadi. Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan akan pengalaman akan lebih mendalam dan lebih lama berbekas.
2. Kebudayaan. B.F. Skinner (dalam, Azwar 2005) menekankan pengaruh lingkungan (termasuk kebudayaan) dalam membentuk kepribadian seseorang. Kepribadian tidak lain daripada pola perilaku yang konsisten yang menggambarkan sejarah reinforcement (penguatan, ganjaran) yang dimiliki. Pola reinforcement dari masyarakat untuk sikap dan perilaku tersebut, bukan untuk sikap dan perilaku yang lain.
3. Orang lain yang dianggap penting. Pada umumnya, individu bersikap konformis atau searah dengan sikap orang orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.
4. Media massa. Sebagai sarana komunikasi, berbagai media massa seperti televisi, radio, mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam mempersepsikan dan menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.
5. Institusi Pendidikan dan Agama. Sebagai suatu sistem, institusi pendidikan dan agama mempunyai pengaruh kuat dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.
6. Faktor emosi dalam diri. Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian bersifat sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan lebih tahan lama. contohnya bentuk sikap yang didasari oleh faktor emosional adalah prasangka.
Pengertian Psikologi Lintas Budaya
A.
Pengertian Psikologi Lintas Budaya
a.
Matsumoto, (2004) : Dalam arti
luas, psikologi lintas budaya terkait dengan pemahaman atas apakah kebenaran
dan prinsip-prinsip psikologis bersifat universal (berlaku bagi semua orang di
semua budaya) ataukah khas budaya (culture spesific, berlaku bagi orang-orang
tertentu di budaya-budaya tertentu)
b.
Seggal, Dasen, dan Poortinga (1990) : psikologi lintas budaya adalah kajian ilmiah mengenai
perilaku manusia dan penyebarannya, sekaligus memperhitungkan cara perilaku itu
dibentuk, dan dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial dan budaya.
c.
Triandis, Malpass, dan Davidson (1972) : psikologi lintas budaya mencakup kajian suatu pokok
persoalan yang bersumber dari dua budaya atau lebih, dengan menggunakan metode
pengukuran yang ekuivalen, untuk menentukan batas-batas yang dapat menjadi
pijakan teori psikologi umum dan jenis modifikasi teori yang diperlukan agar
menjadi universal.
d.
Brislin, Lonner, dan Thorndike, (1973) : menyatakan bahwa psikologi lintas budaya ialah kajian
empirik mengenai anggota berbagai kelompok budaya yang telah memiliki perbedaan
pengalaman, yang dapat membawa ke arah perbedaan perilaku yang dapat diramalkan
dan signifikan.
B.
Tujuan Psikologi Lintas Budaya
Tujuan dari lintas-budaya psikolog adalah untuk melihat manusia dan
perilakunya dengan kebudayaan yang ada sangat beragam dengan kebudayaan yang
ada disekitar kita. Untuk melihat kedua perilaku universal dan perilaku yang
unik untuk mengidentifikasi cara di mana budaya berdampak pada perilaku kita,
kehidupan keluarga, pendidikan, pengalaman sosial dan daerah lainnya.
C. Hubungan Psikologi Lintas Budaya
dengan Disiplin Ilmu Lain
a.
Hubungan Psikologi Lintas Budaya
dengan Sosiologi
Menurut Soejono Sukamto, Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian
pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan
pola-pola umum kehidupan masyarakat.
Jadi hubungan Psikologi lintas budaya dengan ilmu sosiologi adalah melihat
persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai
buadaya dan kelompok etnik yang berada dalam suatu kehidupan masyarakat.
b.
Hubungan Psikologi Lintas Budaya
dengan Ekologi
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan
lingkungannya dan yang lainnya.
Jadi hubungan Psikologi lintas budaya dengan ilmu ekologi adalah melihat
persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai
budaya dan kelompok entnik berdasarkan interaksi antara organisme dengan
likngkungannya.
c.
Hubungan Psikologi Lintas Budaya
dengan Biologi
Biologi atau ilmu hayat adalah ilmu yang mempelajari aspek fisik kehidupan.
Jadi hubungan Psikologi lintas budaya dengan ilmu biologi adalah melihat
persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai
budaya dan kelompok entnik dengan mempelajari aspek kehidupan fisik makhluk
hidup.
D. Perbedaan Psikologi Lintas Budaya
dengan Psikologi Indegenous, Psikologi Budaya, dan Antropologi
a.
Psikologi Indigenous
Indigenous Psychology merupakan suatu terobosan baru dalam
dunia psikologi yang mana merupakan suatu untuk memahami manusia berdasarkan
konteks kultural/budaya. Indigenous psychology dapat juga didefinisikan sebagai
pandangan psikologi yang asli pribumi dan memiliki pemahaman mendasar pada
fakta-fakta atau keterangan yang dihubungkan dengan konteks kebudayaan
setempat. Indigenous Psychology merupakan suatu terobosan baru dalam dunia
psikologi yang mana merupakan suatu untuk memahami manusia berdasarkan konteks
kultural/budaya. Indigenous psychology dapat juga didefinisikan sebagai
pandangan psikologi yang asli pribumi dan memiliki pemahaman mendasar pada
fakta-fakta atau keterangan yang dihubungkan dengan konteks kebudayaan
setempat.
Jadi perbedaan
Psikologi lintas budaya dengan Psikologi Indigenous adalah Psikologi lintas
budaya berfokus pada membicararakan isu, konsep dan metode yang dikembangkan
oleh komunitas ilmiah di barat, kebanyakan Amerika Serikat dan Eropa Barat, dan
yang dipelajari di timur, kebanyakan negara dunia. Sedangkan Psikologi
Indigenous mencakup studi tentang isu dan konsep yang mencerminkan kebutuhan dan
realitas dari budaya tertentu dalam hal ini, tentu akan banyak upaya untuk
memodifikasi instrumen guna memasukkan perspektif indigenus/setempat.
b.
Psikologi Budaya
Psikologi budaya adalah studi tentang cara tradisi
budaya dan praktek sosial meregulasikan, mengekspresikan, mentransformasikan
dan mengubah psike manusia.
Jadi perbedaan Psikologi lintas budaya dengan
Psikologi budaya adalah Psikologi lintas budaya melihat persamaan dan
perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai budaya dan
kelompok etnik sedangkan Psikologi budaya melihat bagaimana budaya dapat
mentransformasikan dan mengubah psike seseorang.
c. Antropologi
Menurut Koentjaraningrat, Antropologi adalah ilmu yang
mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk
fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.
Jadi perbedaan Psikologi lintas budaya dengan
Antropologi adalah Psikologi lintas budaya melihat persamaan dan
perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai budaya dan
kelompok etnik sedangkan Antropologi melihat bagaimana manusia dalam suatu
masyarakat melahirkan suatu kebudayaan.
Definisi dan Pengertian Karakter
Kalau kita membicarakan tentang karakter maka tidak terlepas denganistilah kepribadian. Sebab antara istilah karakter dan kepribadian seringkali
digunakan secara bergantian. Hal itu dikarenakan menurut para Ilmuan
Psikologi khusunya Psikologi Kepribadian bahwa karakter adalah istilah dari
kepribadian. Untuk memperjelas kedua istilah tersebut perlu kiranya melihat
definisi yang diberikan pakar psikologi sebagai berikut :
a. Allport menyatakan bahwa “character is personality eveluated, an
personality is character devaluated”. Allport beranggapan bahwa watak
(character) dan kepribadian (personality) adalah satu dan sama akan tetapi
di pandang dari segi yang berlainan; kalau orang bermaksud hendak
mengenakan norma-norma jadi mengadakan penilaian. Maka lebih tepat
dipergunakan istilah “watak” dan kalau orang tidak memberikan
penilaian, jadi menggambarkan apa adanya, maka dipakai istilah
kepribadian.
b. Abin Syamsuddin Makmun mengatakan bahwa karakter adalah satu aspek
dari kepribadian, dimana karakter adalah konsekuen tindakannya dalam
mematuhi etika perilaku, konsisten atau teguh tidaknya dalam memegang
pendidikan atau pendapat.
c. Menurut Alwisol karakter adalah penggambaran tingkah laku dengan
menonjolkan nilai (benar-salah, baik-buruk) baik secara eksplisit maupun
implisit.24 Karakter berbeda dengan kepribadian kerena pengertian
kepribadian dibebaskan dari nilai. Meskipun demikian, baik kepribadian
(personality) maupun karakter berwujud tingkah laku yang ditujukan
kelingkungan sosial, keduanya relatif permanen serta menuntun,
mengerahkan dan mengorganisasikan aktifitas individu.
Menurut Wyne, kata karakter berasal dari bahasa Yunani “karasso”
yang berarti “to mark” yaitu menandai atau mengukir. Yang memfokuskan
bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau
tingkah laku. Oleh sebab itu seseorang yang berperilaku tidak jujur, kejam
atau rakus dikatakan sebagai orang yang berkarakter jelek, sementara orang
yang berprilaku jujur, suka menolong dikatakan sebagai orang yang
berkarakter mulia. Jadi istilah karakter erat kaitannya dengan personality
(kepribadian) seseorang. Seseorang bisa disebut orang yang berkarakter
(a person of character) apabila prilaku sesuai dengan kaidah moral. Brendt
mengemukakan bahwa moral adalah prinsip dasar untuk menentukan prilaku.
Prinsip ini berkaitan dengan sanksi atau norma-norma yang berlaku di
masyarakat, baik norma hukum, agama, sosial dan kesopanan.
Sedangkan menurut Menurut Megawangi karakter berbeda dengan
moral dimana moral lebih cenderung pada pengetahuan seseorang terhadap
nilai-nilai yang benar dan nilai-nilai yang salah serta tergantung dengan
kondisi masyarakatnya sedangkan karakter adalah tabiat seseorang yang
langsung di-drive dari otak namun dapat dibimbing kearah yang lebih baik
dengan pembiasaan (habituasi). Oleh karenanya dapat disimpulkan bahwa
karakter adalah gambaran tingkah laku atau prilaku seseorang yang dinilai
dengan norma-norma dalam masyarakat.
bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau
tingkah laku. Oleh sebab itu seseorang yang berperilaku tidak jujur, kejam
atau rakus dikatakan sebagai orang yang berkarakter jelek, sementara orang
yang berprilaku jujur, suka menolong dikatakan sebagai orang yang
berkarakter mulia. Jadi istilah karakter erat kaitannya dengan personality
(kepribadian) seseorang. Seseorang bisa disebut orang yang berkarakter
(a person of character) apabila prilaku sesuai dengan kaidah moral. Brendt
mengemukakan bahwa moral adalah prinsip dasar untuk menentukan prilaku.
Prinsip ini berkaitan dengan sanksi atau norma-norma yang berlaku di
masyarakat, baik norma hukum, agama, sosial dan kesopanan.
Sedangkan menurut Menurut Megawangi karakter berbeda dengan
moral dimana moral lebih cenderung pada pengetahuan seseorang terhadap
nilai-nilai yang benar dan nilai-nilai yang salah serta tergantung dengan
kondisi masyarakatnya sedangkan karakter adalah tabiat seseorang yang
langsung di-drive dari otak namun dapat dibimbing kearah yang lebih baik
dengan pembiasaan (habituasi). Oleh karenanya dapat disimpulkan bahwa
karakter adalah gambaran tingkah laku atau prilaku seseorang yang dinilai
dengan norma-norma dalam masyarakat.
Komentar
Posting Komentar